aroundCibubur.com-Terkadang hewan memiliki kemampuan luar biasa melebihi manusia. Beberapa diantaranya bahkan mampu memprediksi terjadinya bencana alam. Biasanya, hewan-hewan tertentu akan berperilaku tak wajar sebelum bencana terjadi. Seperti berlarian, membuat suara gaduh hingga meninggalkan sarangnya.
Para peneliti percaya bahwa binatang memang lebih peka terhadap perubahan alam. Sehingga mereka bisa mengetahui adanya sinyal bahaya lebih cepat dibandingkan manusia. Pada umumnya hewan memiliki insting yang kuat untuk berburu maupun berlindung diri dari pemangsa.
Insting inilah yang diperkirakan dapat membantu mereka mendeteksi bencana. Mengutip beberapa sumber, berikut ini sederet satwa yang dipercaya dapat memprediksi terjadinya bencana alam:
Ular
Awal Februari 1975, penduduk Kota Haicheng, China melihat kawanan ular meninggalkan liang mereka. Ini menjadi peristiwa yang langka, mengingat saat itu adalah pertengahan musim dingin, dengan suhu di bawah nol derajat celcius. Biasanya, ular enggan keluar sarang pada cuaca dingin.
Hewan melata tersebut akan mendekam di bawah tanah hingga Musim Semi datang, sebab kalau keluar sarang pada cuaca ekstrem bisa membunuh diri mereka sendiri. Ular telah dilaporkan mampu memprediksi gempa setidaknya sejak 373 SM, ketika Kelike di Yunani disapu oleh tsunami besar.
Semut
Pada 2013, sebuah penelitian yang dilakukan selama tiga tahun berturut-turut di Jerman menemukan fakta bahwa semut mampu memprediksi gempa. Melansir Liputan 6 dari The Weather Network, sebelum terjadinya gempa, kawanan semut akan meninggalkan gundukan tanah atau sarang mereka meski hari sudah larut malam. Ini terlihat aneh sebab semut hanya beraktivitas pada siang hari saja. Keluar dari sarang pada malam hari justru membahayakan mereka karena kemungkinan besar akan dimangsa predator.
Para peneliti dari University of Duisberg-Essen di Jerman, mengidentifikasi sekitar 15.000 gundukan semut di sepanjang patahan rawan gempa di Jerman dan melacak mereka selama 24 jam tujuh hari. Mereka mengatakan, semut mampu mengantisipasi gempa berkekuatan 2,0 SR yang tidak bisa dirasakan manusia.
Ikan Oarfish
Sebelum gempa dahsyat menggunjang Jepang pada 2011, Live Science melaporkan setidaknya 20 ekor oarfish ditemukan hanyut di sepanjang pantai. Bahkan jumlah yang lebih besar pernah ditemukan di negara tersebut ketika gempa besar melanda Chili dan Taiwan pada 2010.
Mengingat habitatnya yang berada di laut sedalam 1.000 meter, komunitas akademik menilai bahwa oarfish peka terhadap pergerakan lempeng bumi di dasar laut. Selain itu mungkin saja ikan tersebut mampu mendeteksi dini tumbukan lempeng di dasar laut yang dapat menjadi penyebab adanya gempa.
Kucing
Seorang peneliti dari National Tsing Hua University, Hiroyuki Yamauchi dan rekannya melakukan survei tentang bagaimana kucing bereaksi sebelum gempa. Dari hasil penelitian tersebut, beberapa hari sebelum gempa di Jepang pada 2011, sejumlah kucing tampak menunjukkan perilaku yang tidak biasa. Seperti gemetaran, gelisah, melarikan diri, serta menjadi lebih mudah stres.
Para peneliti percaya bahwa kondisi tersebut terjadi karena kucing memiliki jangkauan pendengaran yang lebih luas daripada manusia. Kucing juga dapat mendeteksi perubahan tekanan atmosfir, gravitasi, dan pergerakan tanah.
Burung
Burung juga dianggap sebagai hewan yang mampu mendeteksi bencana alam. Hal ini dinyatakan setelah gempa melanda beberapa negara. Melansir kanal Youtube Hewan Populer, seperti yang terjadi di Amerika, sebelum terjadinya gempa yang berskala 5,8 R burung flamingo pada satu kebun binatang berkumpul menjadi satu. Sementara kawanan bebek berlarian ke air. Di Tiongkok sekelompok burung merak di kebun binatang memekik secara bersamaan sebelum gempa melanda.
Tak hanya itu, burung bangau yang biasanya hidup dengan nyaman di kawasan sekitar pantai tiba-tiba saja secara bergerombol terbang dan menjauhi area pantai sebelum terjadinya gempa dan tsunami melanda Aceh pada 2006.
Katak
Pada 2009 Kota L’Aquila, Italia pernah diguncang gempa magnitudo sebesar 5,9 SR dan menewaskan lebih dari 300 orang. Tiga hari sebelumnya dilaporkan kawanan katak menghilang dari kolamnya tanpa alasan yang jelas. Para ilmuan yakin bahwa hewan amfibi tersebut melarikan diri ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari risiko tanah longsor.
Fenomena katak sebagai pertanda bencana alam juga terjadi di Sichuan, China pada 2008. Dengan skala 7,9 SR, gempa ini telah menewaskan hampir 70.000 orang secara keseluruhan. Tak hanya itu, penduduk Jepang juga pernah mengklaim bahwa ribuan katak membanjiri jalanan desa pada tiga hari sebelum gempa bumi menelan 2.000 korban jiwa di desa tersebut.
Gajah
Gajah dipercaya sebagai hewan pendeteksi gempa yang terjadi di Srilanka, India, dan Sumatera. Para gajah akan berlarian dan meraung berulang-ulang dengan keras, beberapa saat sebelum terjadinya gempa. Selain itu, para gajah juga akan menjadi lebih sensitif, serta tidak menurut lagi pada pawangnya, berlarian ke bukit, hingga menangis. Gajah dilaporkan mampu mendeteksi terjadinya bencana alam melalui sensor yang ada di kakinya. Terlebih gajah memiliki ketergantungan pada alam sehingga mereka sangat sensitif dan dapat bereaksi dengan cepat terhadap perubahan alam.